Menyoal Peran Guru dalam Membangun Karakter Kepemimpinan Bangsa
Oleh: Galang Jalaludin, Ketua Umum HMI Komisariat FITK periode 2023-2024, mahasiswa International Class Program (ICP) jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Walisongo Semarang.
Tak syak lagi bahwa guru adalah landasan moral dan etika bagi seluruh anak didiknya. Apa yang diajarkan oleh guru, itu lah yang akan dilaksanakan oleh murid-muridnya. Peran guru dalam membangun karakter kepemimpinan bangsa adalah landasan vital yang menciptakan fondasi kuat bagi kemajuan sebuah negara. Di luar ruang kelas, guru memainkan peran yang lebih besar daripada sekadar pendidik; mereka adalah arsitek pembentukan etika, nilai, dan keterampilan yang diperlukan oleh pemimpin masa depan. Mereka mengajarkan kejujuran, tanggung jawab, dan kasih sayang, mengukir esensi kepemimpinan yang tidak hanya efektif tetapi juga beretika.
Di dalam UU Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Bab
1 Pasal 1 Tentang Guru dan Dosen dijelaskan tentang tugas utama seorang guru. Guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Hal ini sudah sangat ideal dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional, yaitu agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam proses pendidikan, kepemimpinan dapat diajarkan
dan dapat dipelajari dari melihat cara orang lain memimpin ataupun dari
lingkungan sekitar. Namun, dengan cepatnya laju perkembangan teknologi di era society
5.0 ini tantangan seorang guru semakin kompleks. Problem yang paling sering
ditemui salah satunya adalah kekerasan, mengutip berita dari laman detikjateng,
ada seorang guru salah satu Madrasah Aliyah di Demak yang dibacok hingga bersimbah
darah oleh seorang muridnya hanya karena tidak puas dengan nilai yang diberikan
oleh sang guru. Di lain sisi, kekerasan juga banyak dialami oleh peserta didik.
Menurut hasil survei dari International Center for Research on Women (ICRW), 84 persen anak Indonesia alami kekerasan di
lingkungan sekolah. Selain itu, Unicef menyebutkan kekerasan anak yang terjadi
di Indonesia lebih sering dialami oleh perempuan. Hal ini menjadi sebuah
keprihatinan yang mendalam mengingat sekolah yang seharusnya menjadi tempat
pembangunan kompetensi dan karakter malah menjadi tempat kekerasan.
Selain itu, yang sedang hangat diberitakan adalah
meningkatnya kasus dugaan bunuh diri di kalangan mahasiswa. Beberapa
diantaranya adalah seorang mahasiswa berinisial NJW yang ditemukan tewas di Mall
Paragon Semarang. Kedua, kasus dugaan bunuh diri seorang mahasiswa perguruan
tinggi swasta di Semarang berinisial EN yang ditemukan tewas di kamar
indekosnya. Ketiga, mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang juga
ditemukan tewas bunuh diri di dalam kamar indekosnya. Menyikapi kasus ini,
Kemendikbudristek meminta untuk seluruh kampus menghadirkan lingkungan yang
sehat, aman, dan nyaman.
Dari beberapa kasus yang ada, pembangunan karakter
kepemimpinan sangat diperlukan. Hal ini mengajarkan para peserta didik untuk
memiliki visi yang besar di masa depan sehingga para murid pun dapat memiliki
energi untuk selalu berpikir positif dan tidak terpaku dengan permasalahan yang
tidak esensial seperti pergaulan bebas, kefanatikan antar geng, saling mengejek
yang akhirnya berakhir dengan tindak kekerasan dan bullying. Allah Swt mengajarkan
kepada kita untuk memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi dan tujuan hidup yang
mulia. Allah Swt berfirman di dalam surah al-Qashas ayat 3-5:
نَتْلُوْا عَلَيْكَ مِنْ نَّبَاِ مُوْسٰى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ لِقَوْمٍ
يُّؤْمِنُوْنَ
Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan
Fir‘aun dengan sebenarnya untuk orang-orang yang beriman.
اِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِى الْاَرْضِ وَجَعَلَ اَهْلَهَا شِيَعًا يَّسْتَضْعِفُ طَاۤىِٕفَةً مِّنْهُمْ يُذَبِّحُ اَبْنَاۤءَهُمْ وَيَسْتَحْيٖ نِسَاۤءَهُمْ ۗاِنَّهٗ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِيْنَ .
Sungguh, Fir‘aun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan
menjadikan penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan dari mereka
(Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak
perempuan mereka. Sungguh, dia (Fir‘aun) termasuk orang yang berbuat kerusakan.
وَنُرِيْدُ اَنْ نَّمُنَّ عَلَى الَّذِيْنَ اسْتُضْعِفُوْا فِى الْاَرْضِ
وَنَجْعَلَهُمْ اَىِٕمَّةً وَّنَجْعَلَهُمُ الْوٰرِثِيْنَ
Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang
tertindas di bumi (Mesir) itu, dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan
menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).
Post a Comment