Header Ads

Meningkatkan Kualitas Kader HMI


Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan sebuah organisasi kemahasiswaan yang berfungsi sebagai organisasi kader yang berupaya melahirkan muslim intelektual dan profesional. Lebih dari itu, kader HMI bahkan dituntut untuk bertanggung jawab atas terwujudnya tatanan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana bunyi tujuan HMI: “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Swt.” (Pasal 4 AD HMI).

Berdasarkan tujuan di atas, HMI memiliki beban yang tidak ringan untuk menyiapkan mahasiswa menjadi generasi yang bisa diandalkan dalam menghadapi tantangan-tantangan dan problem-problem yang ada. Penggemblengan-penggemblengan yang dilakukan oleh HMI melalui jenjang perkaderan, mulai dari Basic Traning (Latihan Kader 1), Intermediate Training (Latihan Kader 2), Advance Training (Latihan Kader 3), dan Senior Course (SC) serta kegiatan follow up dilakukan demi mewujudkan tujuan tersebut.

Dengan demikian, diharapkan kader-kader HMI dapat menerapkan fungsi mahasiswa sebagai iron stock, agent of change, dan social control serta the future leader untuk keberlangsungan dan kemajuan Indonesia. Tidak hanya untuk menjadi orang yang mempunyai intelektualitas tinggi, tetapi juga diharapkan agar kader HMI bisa menjadi orang yang berperilaku dan bertindak sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana tujuan HMI.

Seharusnya pada era yang sudah serba mudah ini, dapat menjadi penunjang bagi peningkatan kualitas para kader untuk bisa menjadi lebih baik dari generasi-generasi sebelumnya. Tetapi pada kenyataannya, seiring dengan berjalannya waktu, malah terjadi kemerosotan pada kualitas para kadernya. Hal ini terjadi karena ada beberapa faktor, salah satunya yaitu mulai hilangnya tradisi intelektual seperti: membaca (membaca: buku, berita-berita, dan sumber-sumber informasi lainnya yang dapat meningkatkan intelektualitas dan menambah wawasan bagi pembacanya), menulis, dan berdiskusi.

Padahal, buku merupakan salah satu sumber referensi yang penting. Dengan banyak membaca buku, akan memperluas wawasan bagi pembacanya, sehingga argumen-argumen yang diberikan akan lebih meyakinkan. Tetapi, masih banyak pemuda-pemuda zaman sekarang yang lebih suka membaca story facebook, instagram, whatsapp, dan lain-lain daripada membaca buku. Mereka juga lebih suka bermain game online, seperti mobile legend, clash of clan dan game online lainnya yang hanya membuang-buang waktu.

Riset yang dilakukan oleh beberapa ahli saat melakukan penelitian dengan mengambil sampel dari beberapa pemuda yang diminta memilih antara membaca buku dan artikel membuktikan, para pemuda zaman sekarang bahkan tidak mampu membaca buku yang tebal, seperti contohnya: buku karya Karl Marx yang tebalnya sekitar 700 halaman tetapi mereka hanya mampu atau lebih memilih membaca artikel, jurnal, makalah, dan karya tulis lainnya yang hanya beberapa halaman saja.

Budaya membaca buku harus ditanamkan pada diri setiap kader untuk mencegah degradasi pada kualitas kader HMI. Tidak dapat dipungkiri bahkan Komisariat dan/atau Korkom telah melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas pada setiap kader, seperti difasilitasinya buku-buku bacaan, dilakukannya diskusi-diskusi, dan training-training lainnya. Akan tetapi, hal itu dinilai masih kurang cukup untuk menunjang peningkatan intelektual dan wawasan mereka.

Diskusi-diskusi yang diadakan oleh Komisariat-komisariat dan atau Korkom pun dinilai masih kurang efektif untuk menunjang peningkatan kualitas kader. Banyak para kader yang merasa jenuh dan bosan dengan diskusi-diskusi yang diadakan. Terlihat bahwa semakin sedikitnya peserta yang hadir saat diadakannya forum-forum diskusi.

Hal ini terjadi karena metode-metode diskusi yang dilakukan dinilai masih monoton, seperti forum diskusi yang diadakan di satu tempat secara terus menerus dan tidak berpindah-pindah, sehingga membuat para kader cepat merasa bosan bahkan enggan menghadirinya. Maka sangat diperlukan upaya-upaya alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut agar para kader tidak cepat merasa bosan sehingga diskusi-diskusi yang diadakan pun dapat berjalan dengan lancar dan maksimal sesuai harapan.

Ada beberapa alternatif yang dapat ditempuh untuk mencegah kemerosotan tersebut, yaitu bisa dengan cara mengadakan lomba menulis atau pun dengan mengadakan  forum diskusi yang dilaksanakan di tempat-tempat wisata. Lomba menulis yang diadakan akan menjadi pemancing dan juga dorongan agar para kader HMI menjadi lebih tertarik dan bersemangat dalam membaca dan menulis. Untuk bisa menulis, tentu mereka harus membaca buku-buku terlebih dahulu untuk bisa dijadikan sebagai bahan acuan dan referensi dalam pembuatan karya tulis mereka.

Jadi, dengan diadakannya lomba menulis, secara tidak langsung akan memaksa para kader untuk membaca buku-buku maupun sumber-sumber informasi lainnya yang dapat menambah wawasan mereka. Lomba menulis ini bisa menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan intelektualitas dan wawasan pada kader HMI. Dengan diadakannya lomba menulis, akan menjadi pemacu adrenalin mereka untuk lebih gigih dan bersungguh-sungguh dalam menciptakan karya tulis yang akan dilombakan, karena mereka juga harus bersaing dengan kontestan-kontestan lainnya.  Hadiah yang ditawarkan pun akan semakin menambah semangat para kader dalam berlomba-lomba menciptakan karya tulis yang terbaik.

Cara lain yang dapat ditempuh yaitu dengan mengadakan forum diskusi di tempat-tempat yang menarik, seperti di tempat wisata atau tempat lainnya yang dapat menarik perhatian para kader untuk menghadirinya. Dengan diadakannya forum-forum diskusi yang dilaksanakan di tempat-tempat wisata akan dapat membuat para kader menjadi lebih tertarik untuk menghadiri diskusi-diskusi yang diadakan tersebut. Pemandangan alam yang indah dan menarik dapat membuat para peserta diskusi menjadi lebih tenang dan fresh saat mengikuti forum diskusi, karena mata mereka dimanjakan oleh pemandangan alam yang menawan.

Faktor lain yang menjadi penyebab kemerosotan pada kualitas kader HMI yaitu kurangnya pengajaran dan penerapan nilai-nilai keislaman yang diajarkan oleh organisasi HMI kepada para kader pada masa kini, seperti ilmu ketauhidan, akhlaq, fiqih, dan ilmu-ilmu agama lainnya. Sehingga hal itu berdampak kepada minimnya pemahaman nilai-nilai keislaman pada kader HMI. Hal itu terjadi karena pada kenyataannya, pada masa kini, hal-hal yang dibahas di dalam HMI, seperti pada diskusi-diskusi yang diadakan, lebih menekankan kepada ilmu-ilmu yang bersifat umum saja. Sedangkan nilai-nilai keislaman sendiri jarang disinggung di dalam diskusi-diskusi yang diadakan, sehingga menyebabkan kurangnya pemahaman nilai-nilai keislaman pada kader HMI.

Hal itu dapat berdampak pula pada minimnya moralitas pada kader. Padahal, nilai ke-Islaman merupakan hal yang urgen untuk bisa mewujudkan “insan kamil yang bernafaskan Islam” seperti yang dicita-citakan HMI. Tanpa nilai keislaman, maka gugurlah tujuan HMI, bahkan tidak dapat dikatakan Himpunan Mahasiswa “Islam” jika tidak tertanam nilai-nilai keislaman di dalam diri para kadernya. Wallaahu a'lam bi al-Showaab. 

Oleh: M. Sirojul Munir, Kader HMI Komisariat FITK KorKom Walisongo Semarang, Mahasiswa PAI UIN Walisongo Semarang. 

No comments

Powered by Blogger.