Header Ads

Pemuda Melek Politik


Jika kita melihat sejarah Indonesia, pemuda telah memegang peran penting dalam perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan imperialisme dan kolonialisme. Kolonialisme adalah usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kekuasaan suatu negara atau wilayah diluar wilayah tersebut. Tujuannya adalah untuk mencapai dominasi di sektor ekonomi, sumber daya manusia, dan perdagangan.
Wilayah kolonial, biasanya merupakan daerah-daerah yang kaya akan bahan mentah yang merupakan keperluan dari negara-negara yang melakukan kolonialisme. Sedangkan yang dimaksud imperialisme adalah usaha yang dilakukan suatu negara atau wilayah untuk dapat menguasai negara atau wilayah lain. Pada bulan Mei tahun 1908 para pemuda, dalam hal ini Pelajar STOVIA mendirikan organisasi perkumpulan pelajar dengan nama Boedi Oetomo yang diketuai oleh Dr. Soetomo.
Tidak hanya Boedi Oetomo, karena sebelumnya telah didirikan gerakan pemuda dari golongan pemuda yangg tidak terdidik. Hanya saja tidak tercatat dalam sejerah dikarenakan lingkup perjuangan yang masih kecil yaitu sebatas lingkup daerah kerja. Organisasi bentukan pemuda tersebut merupakan pelopor drai bangkitnya rasa ingin bebas dari penjajahan.
Jika melihat kondisi saat ini, mengapa Pemuda perlu berperan dalam politik. Dalam kehidupan bernegara, posisi politik sangatlah strategis. Dikarenakan kebutuhan ekonomi dan stabilitas keamanan suatu negara sangan bergantung dari sistem politik yang diterapkan. Hampir semua kebijakan pemerintah tidak terlepas dari domain politik. Bahkan dalam penulisan sejarahpun tidak bisa lepas dari politik. Kebanyakan dari kita hanya mengenal tokoh, seperti Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan lainnya.
Karena perbedaan ideologi, tidak banyak dari kita yang mengetahui tokoh, seperti Tan Malaka, Samaoen, Darsono, Musso, Mas Marco Kartodikromo. Merka adalah sosok pemuda yang tidak kalah berjasa bagi kemerdekaan Indonesia. Kondisi seperi inilah yang mengharuskan pemuda sebagai middle class mengambil peras supaya sikap pemerintah yang cenderung publik dan korup terhadap rakyat dapat diluruskan seideal mungkin.
Jika kita kembali ke masa lalu, para pemudalah yang menginisiasi kemerdekaan Republik Indonesia. Tanpa ada insiatif dari mereka, kemerdekaan hanya sebatas dongeng pengantar tidur yang tiada akhir. Golongan tua kala itu memilih jalan yang diplimatis serta kompromis, padahal jika tidak segera memproklamirkan kemerdekaan, maka asumsinya Republik ini akan diambil alih oleh Sekutu. Sementara tujuan penjajah fasis Jepang memang ingin mempertahankan status Quo sesuai dengan perjanjian pasca perang antara fasis Jepang dan Sekutu.
Jika dilihat dari umurnya, seorang pemuda tentu belum banyak mengukir pengalaman dan berbuat banyak dalam hidupnya. Namun diluar itu, pemuda memiliki potensi yang selalu dinamis, progresif, dan aktif ketika diperhadapkan dengan kondisi sosial disekitarnya, pemuda memiliki spirit juang serta etos kerja yang tinggi. Disinilah yang dibutuhkan rekontruksi kesadaran pemuda secara bersama-sama, saling mengedukasi, mengingatkan, dan memperhatikan pentingnya kaderisasi pemuda.
Pemuda yang mempunyai paradigma “Perjuangan Saling Menghidupkan”, bukan sebaliknya individual, apatis dengan teriakan kelaparan rakyat dan kebodohan akibat kebijakan pemerintah. Dalam kehidupan politik saat ini, partisipais kaum muda memang dibutuhkan dalam tampuk kepemimpinan ataupun didewan perwakilan, baik pusat ataupun daerah. Sehingga ada istilah regenerasi politik yang maksudnya adalah mengganti posisi orangtua dengan yang lebih muda. Sedangkan rejuvenasi dipahami tidak hanya menyentuh mengenai pergantian terhadap kemampuan fisik saja, tetapi juga mengganti pola pikir atau pandangan politik seseorang yang mengandung nilai-nilai lama dengan nilai-nilai yang lebih baru.
Karena juga tidak sedikit secara kemampuan fisik lebih muda, tetapi pola pikirnya masih menggunakan nilai-nilai yang lama. Partisipasi politik pemuda perlu ditingkatkan kembali terutama diera multi partai sampai sekarang. Keberadaan banyak partai seyogyanya lebih memberikan kesempatan bagi para pemuda untuk masuk ke gelanggang kepemimpinan naional, dan hal tersebut setidaknya dipandang sebagai sebuah peluang bagi pemuda.
Pada kenyataannya sampai saat ini pemuda masih dianggap sebagai golongan yang belum berpengalaman dan belum pantas memimpin. Hal tersebut dilihat dari pos-pos pemimpin yang masih diisi oleh mayoritas golongan tua. Akibatnya adalah visi misi kepemimpinan bergaya tua dan pembangunan mengalami stagnasi.
Saat ini pemuda Indonesia hanya berperan sebagai masyarakat yang memiliki hak pilih.  Tetapi pemuda Indonesia memiliki potensi yang lebih dari sekedar pemilih aktif. Oleh karenanya, mereka harus diberi kesempatan untuk dapat berkontribusi secara langsung dalam dunia perpolitikan di Indonesia. Melalui pendidikan yang semakin membaik, moral yang baik, ketuhanan yang benar, pemuda Indonesia semakin siap menjadi pemimpin yang lebih baik. Sejarah telah membuktikan bahwa kebangkitan bangsa kita ada ditangan Pemuda.
Oleh: Jaozauz Zahroh, Wakil Presiden di Pesantren Pemuda Mahasiswa Islam (PMPI) Kota Semarang
Diambil dari: www.militan.co

No comments

Powered by Blogger.