Header Ads

Pandangan Ketua Umum 2008


PANDANGAN UMUM
KETUA UMUM
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
KOMISARIAT TARBIYAH IAIN WALISONGO SEMARANG
Office : Graha Bina Insani Lt. 2 Jl. Ringinsari II/06 Ngaliyan Semarang Telp. 085 225 015 431
`
Disampaikan dalam rapat evaluasi HMI Komisariat Walisongo Semarang
BISMILAHIRAHMANIRRAHIM
I. PENDAHULUAN
“Hidup adalah sebuah proses. Proses menuju kebaikan.”
“Kesuksesan yang sesungguhnya tidak didapat dengan cara yang instan”
Sebuah organisasi akan berjalan manakala pengkaderan yang ada di dalamnya bergerak. Itulah yang pertama kali terlintas dalam benak pikiran saya ketika dilantik menjadi ketua umum. Pengkaderan pada akhirnya menempati posisi yang paling vital dan menjadi begitu penting artinya melebihi apapun yang ada dalam organisasi HMI.
Tak terasa kepenggurusan HMI Komisariat Tarbiyah periode 2008/2009 telah melewati bebagai hal baik itu tantangan, hambatan atau yang lainnya hingga mendekati akhir tengah semester. Tiga bulan sudah kita bercumbu, bergelut dan berjuang bahu-membahu, bersama-sama membangun komisariat. Intensitas percumbuan iu kadang memebuat keakraban dan hubungan emosional diantara para kader menjadi tertata rapi. Hal yang sangat penting dalam sebuah organisasi. Intensitas itu yang selalu membuat saya ingat akan ngelitisnya Faiz, dewasanya Himmah, manjanya ulya, banyolannya Nafis, sangarnya Wahyudi, emosinya Hasan, medoknya eka, apologinya qomar, gejolak perubahannya badri, judesnya Aim, lembutnya Umi, ewoh pekewunya eni, kepulan asapnya hanif, gagahnya muhson, “tua-nya” syaifuden, the smiling girlnya isti, pipi bakpaonya fitri, beraninya lia, keluh kesahnya risda,petikan gitarnya faizin, kebingungannya faid,nyantainya imam,malu-malunya nurul, survivalnya topan,bu lurah zahro, groginya zam-zami, keibu-ibuannya nur, kecanggihan jempolnya souki,gendutnya indah, lengketnya indah ma sekum, cas cis cus inggrisnya subhan, kebrebesannya andi, rockernya aris, kecemasannya rohadi, keterasingannya a’yuni, tulisannya arif, ndutnya kharir, dan temen-temen yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
Perjalanan masih panjang, masih sekitar satu semester lagi. Februari nanti HMI genap berumur 62 tahun, jika kita mengacu kepada qir’an dan Hadist maka HMI akan mati pada usianya yang ke-63. pertanyaanya apakah yang selama ini sudah kita lakukan buat komisariat atau HMI? sebelum mati berikan yang terbaik, berikan sejarah yang bagus buat adik-adik komisariat. Semoga HMI bermetamorfosisi menajdi HMI yang lebih fresh, inovatif, dan menciptakan new design dan tentunya new paradigm. jangan merasa apa yang telah kita lakukan gagal, karena semuanya buth proses karena hisup adalah sebuah proses. Meminjam sajaknya Chairil Anwar sekali berarti sesudah itu mati!. Seperti apa yang dikatakan oleh pamanya peter dalam filam spiderman “with great power comes great responsibility” karena di pundak kalian ada tanggung jawab besar yang musti anda pikul. Nari kita berjuang bersama-sama dengan tiga kata YAKUSA yakin usaha sampai!
II. GAMBARAN UMUM
Peserta sidang evaluasi yang berbahagia,
Sebagai Komisariat terbesar dalam segi kuantitas di lingkup IAIN, Komisariat Tarbiyah mempunyai peranan yang strategis dalam upaya mengembangkan eksistensi HMI. Eksistensi sebuah organisasi sering kali diukur dengan melihat seberapa banyak kader yang dimilikinya. Meskipun sebenarnya penilaian tersebut sangat parsial, namun dalam perjalanannya itulah ukuran eksistensi sebuah organisasi dalam pandangan publik.
Kondisi ini menjadi beban yang harus dipikul oleh semua elemen di dalamnya baik itu pengurus, para senior ataupun anggota pada khususnya. Disadari atau tidak saya sebagai ketua umum Komisariat Tarbiyah mempunyai beban yang cukup berat. Bagaimana saya harus memimpin Komisariat ini ke depan, banyak kader dan tentunya semuanya berkualitas. Sebuah kesempurnaan yang akan sangat sulit untuk saya lakukan tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak.
Pasca terpilihnya saya menjadi ketua komisariat, ada kekhawatiran yang teramat dalam benak saya. Dalam konteks jangka panjang bagaimana saya mampu meninggalkan sejarah yang baik untuk komisariat sedangkan jangka pendeknya bagaimana saya dapat menjadi figur yang patut untuk di teladani oleh adik-adik komisariat. saya menyadari sepenuhnya banyak kelemahan yang dimiliki, seperti keterbatasan akses, dan masih hijau dalam persoalan organisasi. Situasi ini sebenarnya tidak menjadi persoalan yang berat manakala semuanya berjalan ideal. Akan tetapi realitas di lapangan justru menampakkan wajah yang lain. Banyak persoalan yang datang silih berganti dalam tubuh komisariat. Yang paling saya rasakan adalah komunikasi yang buruk antara pengurus. Ditambah lagi masalah-masalah klasik yang tiap tahun selalu menghiasi meja organisasi. Seiring berjalannya waktu, sejak awal kepengurusan ada rasa optimis yang sangat tinggi dalam benak saya akan suksesnya kepengurusan periode ini. Kondisi ini merujuk pada banyaknya kader-kader yang militan dan berkualitas.
Kondisi obyektif kepenggurusan
Secara gramatikal pengurus mempunyai arti orang yang mengurusi sesuatu. Meskipun ada sebagian orang yang tidak sepakat dengan kata pengurus yang menurut mereka lebih baik diganti dengan kata fungsionaris namun saya melihat esensi peranannya. Dengan melihat sisi kebahasaan tersebut dapat dipastikan pengurus mempunyai tanggung jawab untuk mengurusi sesuatu. Dalam konteks ini pengurus HMI mempunyai peranan mengurusi anggota-anggotanya. Mengarahkan, meneliti, memotivasi para anggotanya. Selain daripada itu secara fungsional pengurus bertugas untuk mengatur jalannya roda organisasi agar berjalan sesuai relnya. Pemahaman fungsi dan kedudukan pengurus sebenarnya sudah diatur dalam buku konstitusi HMI. Selain Itu Juga up grading menjadi instrumen penting bagi pemahaman pengurus akan fungsi dan kedudukannya itu.
Secara prosedural HMI Komisariat Tarbiyah memang sudah melaksanakan hal tersebut. Namun, secara substansi belum secara komprehensif di pahami oleh mereka. Kondisi ini diperparah dengan segelintir pengurus yang ikut dalam agenda tersebut. Bahkan ada beberapa kabid dan wasekum yang tidak hadir yang pada gilirannya ketidakpahaman mereka terhadap mechanism, peran dan kedudukannya dalam organisasi mensejarah hingga detik ini. Sering kali pengurus berapology dengan ketidaktahuan akan mekanisme organisasi sehingga menjadikan mereka tidak respon terhadap tuntutan organisasi.
Dalam kepengurusan semester awal ini saya ingin lebih menguatkan basis dan konsen terhadap internal HMI. Bukan berarti saya ingin lari dari segi eksternal namun saya lebih melihat prioritas ini jauh lebih penting. Pekerjaan berat yang mesti saya pikul adalah bagaimana saya membangun sistem yang baik di internal yang kemudian ini dijadikan aset untuk melebarkan sayap ke eksternal.
Secara garis besar kepengurusan HMI komisariat Tarbiyah terdiri dari 45 orang yang terdiri dari 25 perempuan dan sisanya laki-laki. Yang secara komposisi angkatan adalah 2005 sebesar 2,3 %, angkatan 2006 61, 3 % dan 36,4 % menjadi milik angkatan 2007. dengan tersebar dalam berbagai jurusan yakni jurusan tadris matematika sebesar 18,2 %, TBI 13,6 %, PAI 24,5 %, PBA 4,6 %, KI 4,6%, Biologi 20,5 % dan terakhir fisika 2,3% dari data ini saya dapat memetakan bagaimana kelebihan dari komisariat serta kekurangannya. Periode ini komposisi pengurus lebih di dominasi oleh kaum hawa. Karakteristik kaum hawa seringkali menggunakan perasaan dalam berbagai hal. Tak jarang ketika satu kali saja disakiti atau merasa tersinggung atau tidak dimanusiakan maka selanjutnya ketidakaktifan menjadi jawabannya. Selain itu juga dari perspektif saya para KOHATI ini seringkali gap-gap an dalam berbagai forum.
Kondisi ini seharusnya dijadikan proses instropeksi diri bahwa berjalannya organisasi akan terjadi ketika jalan bersamaan, bergandengan dan menciptakan team work satu sama lain. Kelebihan yang ada dalam tubuh KOHATI pada saat ini adalah ada sekitar 5 orang yang telah mengikuti LKK (latihan kader KOHATI) yang secara peranan mempunyai segudang pengalaman dan ilmu yang musti ditrasformasikan dan di bagi buat adik-adik komisariat. Saran saya janganlah merasa terlalu terbebani menyandang status tersebut namun jadikan itu sebagai motivasi untuk membangun komisariat.
Dari komposisi jurusan 41 % dikuasai oleh jurusan exact (IPA) yang tentunya sangat disibukkan dengan berbagai tugas, praktikum dan hampir setiap minggu ada laporan, sedangkan di jurusan PAI disibukkan dengan tugas makalah belum lagi jurusan-jurusan yang lain. Hal ini menjadikan konsentrasi ke kampus menjadi lebih intens. Secara tidak langsung ini sangat mempengaruhi berjalannya organisasi. Belum lagi hampir sebagian besar pengurus aktif di berbagai UKM seperti AMANAT, KSR, PSHT, MAWAPALA, WSC,RACANA dll serta di tingkatan ORDA (organisasi daerah) dan ada beberapa yang sibuk di TPQ maupun les privat yang menjadikan konsentrasi mereka terbagi ke berbagai arah. Implikasinya adalah pada HMI itu sendiri. Perhatian dan tanggungjawab pengurus terhadap organisasi menjadi lemah dan terkadang lepas kontrol. Saya sangat menghargai hal tersebut dan sekalipun saya tidak memaksakan mereka untuk intens dan selalu ikut dalam berbagai kegiatan HMI. Tapi satu catatan penting yang perlu untuk digarisbawahi adalah pengurus jangan sampai meninggalkan akarnya di HMI.
Dalam konteks partisipasi keaktifan pengurus, saya membagi menjadi tiga tingkatan yakni aktif dimana indikator nya adalah Sering ikut dalam berbagai agenda HMI, Aktif membantu jalannya organisasi, sering memberikan masukan buat HMI yang menempati porsi 43,2 %, Kemudian level yang kedua adalah jarang yang parameternya adalah frekuensi mengikuti agenda HMI Mengalami Fluktuasi, Memberikan Kontribusi Buat HMI namun jarang melakukan kontak sebesar 20,5 % dan terakhir 36, 4 % tidak aktif dengan asumsi sangat jarang mengikuti agenda HMI bahkan tidak pernah, tidak pernah melakukan kontak terkait masalah organisasi, dan acuh tak acuh terhadap perkembangan HMI. Gambaran data tersebut mengindikasikan tingkat keaktifan pengurus tidak lebih dari 50 % yang secara tidak langsung menjadikan berbagai agenda yang diamanatkan dalam RAKER seringkali tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Beberapa waktu yang lalu saya mulai mencari dan merumuskan data-data yang berkaitan dengan kondisi pengurus. setelah saya mengamati data dan melakukan inventarisir permasalahan dengan pendekatan secara kultural terhadap pengurus, problem melemahnya keaktifan pengurus adalah sebagai berikut :Padatnya jadwal kuliah, Padatnya Kegiatan-kegiatan di luar HMI, Rasa malu yang ada dalam diri pengurus karena jarang melakukan kontak , Rasa kekecewaan dari pengurus, Adanya kesenjangan diantara pengurus (diantara KOHATI), Rasa malas dan selebihnya masalah pribadi yang kemudian berefek dalam organisasi. Saya berharap dalam waktu dekat ini semua pengurus duduk bersama menyamakan visi dan mencari solusi permasalahan atas impotensi keaktifan pengurus.
“Masalah kepemimpinan bukanlah masalah posisi tapi bicara soal tindakan” begitulah Donald H McGannon mengatakan.. Kita diajarkan untuk melihat kepengurusan bukan terletak siapa itu ketua umum, sekretaris, siapa Bendum, siapa kabid tapi sejauh mana tindakan Yang kita lakukan terhadap HMI. Kepemimpinan ke depan haruslah berjalan pada posisi yang aspiratif yakni mengakomodir segala saran dan keluhan dari semua elemen dan bagaimana kita mampu mengkompromikan berbagai kepentingan yang kontradiksi antar satu dengan yang lain. Kedewasaan dari pengurus satu sama lain harus terjalin secara rapi dan harmonis. Masalah konflik yang sering kali tercipta dalam beberapa waktu ini jadikanlah sebagai sebuah proses pembelajaran. Konflik antar pengurus tidak dapat tidak pasti terjadi permasalahannya adalah bagaimana kita mampu solve this problems.
Struktur kepemimpinan
Struktur kepemimpinan dalam HMI Komisariat Tarbiyah terdiri atas enam bidang yakni bendahara (keuangan) yang dikoordinir oleh bendahara umum, kesekretariatan yang dikoordinir sekum, bidang PTKP (perguruan tinggi kemahasiswaan dan kepemudaan), PPPA (peneliti, pengembangan, dan pembinaan anggota), kekaryaan dan gender. Secara organisatoris semuanya telah berjalan sebagaimana mestinya, program yang dicanangkan dalam RAKER sudah sebagian dilaksanakan meskipun belum seluruhnya. Namun, ada beberapa hala yang perlu dijadikan catatan buat kepengurusan periode ini.
Sejak awal saya memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada kepala bidang (kabid) untuk mengekspresikan dan mengeksplore segala kreativitas yang dimiliki para departemennya dalam mengaktualisasikan talenta mereka. Dalam kenyataannya ternyata tidak semulus yang saya harapkan. Komunikasi yang terjadi antar lini seringkali tidak tercipta secara baik. Kurang koordinasi, dan saling menunggu perintah menjadi catatan yang harus segera diperbaiki. Ada beberapa wasekum yang tidak menjalankan perannya secara maksimal kondisi ini diperparah dengan beberapa kabid yang tidak tahu siapa saja departemennya. Jika saja mekanisme organisasi berjalan secara mulus dengan kabid melakukan koordinasi dengan departemennya secara intens maka yang akan tercipta adalah struktur yang rapi dalam tubuh organisasi.
Tanpa mengesampingkan bidang-bidang yang lain, Bidang PPPA adalah bidang paling vital dan perlu mendapat sorotan lebih alasannya bidang inilah yang menghandel mekanisme pengkaderan dalam tubuh HMI. mau tidak mau bidang PPPA harus intens dan bekerja keras dalam mengawasi dan memonitoring jalannya proses pengkaderan dalam berbagai kegiatan. Jika ada salah satu anggota atau pengurus yang lemah semangatnya maka bidang ini harus segera turun untuk kemudian menginventaris masalah dan mencari solusinya. Ada program kerja di bidang ini yang sedang dalam proses penggarapan yang akan sangat menentukan arah pengkaderan ke depan yakni pembuatan polling. Dari polling ini dimaksudkan bidang PPPA menginventarisir masalah-masalah yang terjadi dalam tubuh organisasi, mengumpulkan saran maupun kritik dari para kader, mencari berbagai hal yang terkait dengan proses pengkaderan. Hal ini dimaksudkan untuk melakukan mapping kekuatan dan kelemahan organisasi yang kemudian akan didiskusikan dan dicarikan solusi pemecahannya.
Kalau pengurus jeli melihat komposisi kepengurusan, maka anda akan melihat saya lebih memperbanyak basis di dua bidang yakni PPPA dan PTKP. Karena dua hal itulah nyawa HMI. bidang PTKP sengaja saya isi dengan pengurus yang mempunyai kelebihan keberanian, dan wacana yang cukup mumpuni. Hal ini penting karena untuk menjaga eksistensi HMI di kampus. FORKAM (forum kampus) yang selalu diadakan setiap kamis siang menjadi salah satu indikator bagi bidang ini untuk menyuarakan eksistensi sang hijau hitam di laboratorium ilmu ini.
Azyumardi Azra (1999) berpendapat, “Jika HMI ingin tetap memposisikan diri sebagai salah satu pembawa bendera terdepan di kalangan kaum muda dan mahasiswa Muslim, agaknya sudah waktunya bagi HMI untuk melakukan reassessment menyeluruh atas dirinya secara jujur. Tanpa keberanian “menguliti” diri, … perlahan tapi pasti, HMI akan semakin kehilangan relevansinya, dan akhirnya menjadi organisasi marjinal belaka”. Saya menyadari sepenuhnya bargaining HMI di kampus saat ini pesonanya masih kalah silau dengan “kubu kuning” namun, setidaknya kita mampu mempertontonkan eksistensi kita melalui forum-forum diskusi. HMI harus (tetap) mampu memposisikan dirinya sebagai “the creative minority” (minoritas yang kreatif) dan jangan pikirkan HMI bisa besar dan menduduki birokrat kampus karena itu akan sulit untuk kita lakukan meskipun bisa. Yang bisa kita lakukan adalah hanya dalam tataran sebagai gerakan “oposisi” sebagai control dan penyeimbang terhadap kebijakan-kebijakan yang tidak pro terhadap mahasiswa. Mengkritisi kebijakan-kebijakan tersebut, namun bukan hanya dalam tataran kritik tapi kita tawarkan konsep kepada birokrat kampus.
PTKP dalam perjalanannya cukup bagus, dalam tingkatan konseptual PTKP sebenarnya mampu menciptakan ide-ide cerdas akan tetapi dalam sektor implementasi di lapangan seringkali kurang koordinasi dan miss komunikasi. Kritik yang harus saya lontarkan adalah bidang PTKP masih miskin wacana hal yang seharusnya ada dalam bidang ini.
Bidang gender sedari awal mempunyai concern bagaimana agar kader HMI mempunyai pemahaman terhadap peranan antara laki-laki dan perempuan dalam konteks kehidupan. Diskusi masalah gender beberapa minggu yang lalu mampu dilaksanakan. Dan beberapa kegiatan saat bulan ramadhan melalui buka bersama dan yang lain. Secara organisatoris bidang ini berjalan secara baik namun yang patut menjadi catatan disini adalah bagaimana teman-teman memberikan program yang lebih inovatif terhadap kebutuhan kader. Pekerjaan besar yang harus dilakukan oleh bidang ini adalah bagaimana mampu menjadikan kader-kader dari kaum hawa mampu berperan secara aktif baik dalam konteks wacana pemikiran, partisipasi kegiatan, dan keberanian untuk tampil di muka umum. Hal yang belum secara menyeluruh saya dapati di bidang ini.
Program kerja PDK (pedoman dasar KOHATI) yang rencananya akan dilaksanakan oleh bidang ini harus di konsep secara matang, siapa saja pemateri nya dan bagaimana mekanisme kegiatan di lapangan perlu untuk dipikirkan mulai dari sekarang. Di forum ini mempunyai peranan yang strategis untuk menggugah semangat kaum hawa untuk bangkit dan menatap dunia baru di lingkungannya.
Dalam organisasi pendanaan mempunyai peran vital agar keseimbangan organisasi dapat berjalan. tanpa pendanaan semua itu menjadi sia-sia belaka. Namun yang menjadi catatan adalah jangan selalu menjadikan dana sebagai penghalang untuk kita dalam mengadakan kegiatan. Sirkulasi pendanaan harus dijalankan sesuai prosedur yang berlaku. Peran seorang bendahara umum sangatlah penting bagaimana ia mampu me-manage keuangan sesuai dengan kebutuhan dan mampu memberikan solusi terhadap masalah pendanaan menjadi begitu penting artinya. Iuran dari pengurus mempunyai potensi membantu proses pendanaan dalam tubuh komisariat itulah aset pertama yang kita miliki. Salah satu yang menjadi kendala di tingkatan komisariat Tarbiyah adalah sedikitnya KAHMI yang dalam hal ini menjadi kran pendanaan yang dimilikinya oleh komisariat. Kondisi menjadikan saya berpikir keras untuk mengatasi masalah ini. Dengan frekuensi kegiatan yang begitu padat ditambah kuantitas kader yang tidak sedikit bagaimana kita mampu untuk me-manage keuangan adalah tantangan yang harus di hadapi oleh bidang ini. Seperti yang selalu diucapkan oleh kawan-kawan HMI. Tanpa logistik semua akan menjadi tidak logis!
HMI terkenal dengan konstitusi nya yang sangat ketat. Demikian halnya dengan sisi administrasinya yang demikian professional. Lambat laun namun pasti profesionalitas tersebut mulai luntur. Sisi administrasi kemudian dalam perkembangannya mengalami penurunan yang sangat drastis. Tidak sedikit pengurus yang mengabaikan hal tersebut. Contoh yang paling konkrit adalah surat undangan kegiatan HMI Komisariat Tarbiyah dalam semester ini yang sangat sedikit. Meskipun teknologi dengan segala perkembangannya membuat aktivitas sosialisasi menjadi lebih mudah bukan berarti surat undangan tidak di buat. Surat undangan merupakan bukti otentik yang akan dipertanggung jawabkan oleh kader.
Dalam berbagai kegiatan seringkali tidak dapat ter dokumentasikan secara manis. Surat yang keluar dan masuk seringkali tercerai berai tidak ada yang mengurusi. Papan struktur hingga detik ini pun belum diselesaikan secara penuh yang terjadi papan tersebut terbengkalai tidak ada yang mengurusi. Saya sering melihat administrasi angkatan lama yang saya kira sangat terstruktur secara rapi. Yang lebih parah banyak pengurus yang tidak tahu keprotokoleran yang ada dalam tubuh HMI Komisariat.
Bidang kekaryaan yang sedari awal menampung kreatifitas kader seringkali tidak berjalan secara maksimal. Kritik yang harus saya sampaikan adalah komunikasi antar departemen dan pengurus yang lain yang masih lemah………tingkatkan kreativitas!
III. EVALUASI DAN PROYEKSI
Melihat realitas yang terjadi di lapangan maka satu hal yang perlu untuk kita lakukan adalah melakukan instropeksi diri terhadap apa yang telah kita lakukan selama ini. Instropeksi ini tidak hanya berhenti dalam ranah ide namun lebih dari itu mesti mampu diimplmentasikan dalam lapangan. Kesadaran pengurus menjadi begitu penting artinya. Dalam waktu dekat semua elemen pengurus yang nantinya kan menjadi tulang punggung organisasi harus sedikit demi sedikit melihat ke dalam, mengupas keberadaan komisariat dan memahami secara penuh apa sebenarnya fungsi, wewenang dan hal-hal yang terkait dengan komisariat.
Melihat banyaknya kader yang dimiliki dan militansi mereka yang sangat tinggi juga harus diimbangi denagn semangat yang meledak-ledak dari kita semua. Mereka semua adalah calon penerus kita sehingga kita harys mengkader secara professional yang nantinya produk yang dihasilkan benar-benar mumpuni.
Beberapa masalah yang mendera selam ini adalah komunikasi yang buruk diantara bidang dengan departemennya untuk itu ke depan harus ada kesinambungan komunikasi. Posisi kabid yang setral tanpa mengesampingkan peranan pengurus yang lain harus sebisa mungkin mengakomodir kebutuhan dan aspirasi dari departememnya.salah satu hal yang saya rasakan selama ini komisariat tarbiyah masih “prematur” baik dalam wacana keilmuan maupun dalam kesiapan mereka menjadi pengurus.
saya menilai kepengurusan tahun ini masih prematur. Prematur yang saya maksudkan disini adalah masih banyaknya pengurus yang belum tahu mekanisme organisasi. Masih minimnya kesadaran akan peran dan posisi mereka dalam berorganisasi. Kondisi ini menjadikan komisariat Tarbiyah pincang dalam perjalanannya. Masing-masing bidang masih menggunakan logika “tunggu bola” daripada memilih “jemput bola”. Kesadaran dari pengurus pun masih minim.
Premature yang kedua adalah keterpaksaan atau dipaksa. Di paksakannya Mereka menjadi pengurus. Saya melihat sebagian pengurus masih belum matang pengkaderannya. Kondisi ini diperparah dengan sikap “cuek bebek” tanpa ada upaya dari mereka untuk memahami proses pengkaderan itu sendiri. Sehingga yang keluar kemudian adalah pengurus yang instan dan pengurus pajangan. Kekhawatiran yang penulis rasakan (semoga saja tidak terjadi) adalah tidak dapat membayangkan bagaimana nasib HMI Komisariat Tarbiyah 2-5 tahun mendatang. Selama saya beraktualisasi dalam tubuh hijau hitam merasakan perbedaan yang cukup lebar bagaimana organisasi kepengurusan itu berjalan. meskipun tantangan yang dihadapi oleh komisariat tiap tahun berbeda tapi saya berani mengatakan bahwa komisariat tahun ini miskin kreativitas! dan kering akan wacana intelektual dua hal yang sangat dijunjung dan di agung-agungkan dalam tubuh HMI dan itulah premature yang ketiga.
Kedepan ada langkah-langkah strategis yang harus dilakukan oleh semua elemen di dalamnya yaitu Melakukan revitalisasi peran pengurus, mengeratkan kembali hubungan eosional diantara para kader, komunikasi yang intensif dari berbagai dimensi dan aktif partisipatoris diantara semuanya. Yang lebih penting bagi kita semua untuk mempunyai sense of belonging yakni rasa memiliki terhadap HMI. ITU SAJA CUKUP! Intinya satu kedepan kita musti MAINKAN!. Buktikan kalau kita punya teste!. Jadilah pasukan hijau hitam dan kita guncangkan kampus bahkan dunia!
IV. PENUTUP
Demikian pandangan umum ini saya sampaikan, berkaca pada apa yang pernah disampaikan oleh Bung Karno “jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”kiranya apa yang telah saya lakukan untuk dijadikan rujukan ataupun sebagai standar untuk melangkah ke depan agar lebih baik. Karena the life must go on!
Billahitaufiq wal hidayah
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Semarang,03 Muharam 1430 H
31 Desember 2008 M
PENGURUS
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
KOMISARIATARBIYAH WALISONGO SEMARANG
MUHAROM AL ROSYID
KETUA UMUM


No comments

Powered by Blogger.