Header Ads

Mendidik Sebagai Panggilan

Oleh Nur Faidatun Naimah

Pendidik Bahasa Asing di Monash Institute dan Ketua Umum HMI Komisariat Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Pendidikan memiliki misi besar untuk melepaskan manusia dari belenggu kebodohan. Dengannya, manusia diharapkan dapat menjadi insan yang cerdas, sehingga dapat membuatnya tetap survive dalam menghadapi berbagai kesulitan. Sementara itu, terselenggaranya pendidikan tidak terlepas dari peran pendidik. Sebab, ia merupakan tokoh central dan penentu dalam proses pendidikan.
Pendidik sesungguhnya merupakan profesi yang sangat mulia, karena ia mempunyai tujuan akhir yang baik, yaitu mewujudkan generasi yang cerdas dan berkualitas. Seorang pendidik dituntut untuk dapat memahami perannya sebagai pendidik dan bukan sebatas sebagai pengajar. Sebab, mendidik menuntut adanya keseriusan dan ketelatenan, sedangkan mengajar hanya terfokus pada transfer pengetahuan. Lebih dari itu, pendidik haruslah berkompeten.
Kompetensi pendidik diukur dari tingkat penguasaan materi atau bahan ajar yang sesuai dengan bidangnya masing-masing, dan bukan diukur dari banyaknya sertifikat yang dimiliki, atau sarjana sekali pun. Lebih dari itu, seorang pendidik harus benar-benar tahu dan paham dengan profesinya, mengerti, serta memahami tingkah laku peserta didiknya, sehingga mampu meningkatkan kualitas peserta didik. Oleh karena itu, jiwa seorang pendidik sangatlah diperlukan dalam penyampaian bahan ajar, sehingga tujuan utama dari proses belajar mengajar, yaitu mastery learning atau penguasaan penuh pada materi dapat terwujud.
Saat ini, yang sering terjadi adalah para pendidik hanya terfokus pada pemilihan materi yang akan disampaikan dan cenderung menomor duakan metode penyampain yang sesuai dengan peserta didik. Padahal, metode penyampaian inilah yang sesungguhnya merupakan kunci utama keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Sebab, metode merupakan hal pertama yang dapat menarik perhatian, dan memudahkan peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan.
Butuh Profesionalisme Pendidik
Sesungguhnya, kapasitas intelektual peserta didik tidak ditentukan dari status sekolahnya; negeri, favorit, atau internasional sekali pun, melainkan dari mutu pendidikan. Sementara itu, mutu atau kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh profesionalitas pendidik.
Suatu bidang dapat dikatakan sebagai profesi, apabila memiliki dedikasi dan keahlian. Oleh sebab itu, profesionalisme pendidik tidak dapat dianggap remeh dalam konteks meningkatkan mutu pendidikan dan mencerdaskan bangsa.
Kunci dari keprofesionalan pendidik adalah keikhlasan dalam mendidik dan mentansfer ilmu, bukan karena ingin mencari materi atau popularitas semata. Inilah yang kiranya sering tidak ditemukan dalam diri pendidik saat ini. Sebab, yang tertanam dalam benak mereka adalah mengajar untuk mencari penghidupan, popularitas, dan eksistensi, sehingga membuatnya lupa dengan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai pendidik.
Banyak dijumpai dalam buku-buku pendidikan bahwa tugas utama pendidik adalah mencerdaskan peserta didik dengan cara transformasi pengetahuan. Tujuan tersebut akan tercapai apabila pendidik dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, mampu memahami perilaku, serta kondisi peserta didik, dan meninggalkan kurva normal sebagai patokan keberhasilan dalam mengajar, sehingga proses belajar-mengajar akan terlaksana dengan baik. Namun, yang terjadi saat ini adalah para pendidik hanya memperhatikan materi yang sesuai dengan peserta didik, tanpa memperhatikan metode penyampaian yang tepat. Padahal, metode penyampaian merupakan kunci utama untuk menarik minat peserta didik, sehingga mereka mampu menangkap materi yang disampaikan dengan baik.
Harus Ada Rouping
Saat ini, yang sering terjadi adalah profesi mendidik dijadikan sebagai wahana untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Disorientasi inilah yang sesungguhnya telah menodai kemuliaan pendidik.
Dahulu, pendidik merupakan profesi yang sangat mulia dan dihormati. Sebab, mereka melakukannya atas dasar panggilan hati. Bahkan, mereka rela menempuh jarak berkilo-kilo meter dengan medan yang sangat berat dan menghabiskan banyak waktu, hanya untuk melakukan kegiatan mendidik. Lebih hebatnya lagi, mereka tidak meminta imbalan sepeser pun. Maka tak heran, jika masyarakat sangat menghormati profesi pendidik pada saat itu. Kalau sudah begini, kiranya gelar pahlawan tanda jasa sangatlah cocok jika disematkan pada pendidik.
Profesi sebagai pendidik sesungguhnya menuntut adanya keseriusan dan profesionalisme. Waterink menegaskan bahwa pendidik yang profesional adalah pendidik yang sadar akan menjadi pendidik dan memiliki dasar utama yaitu rouping atau panggilan hati nurani. Oleh sebab itu, profesionalisme pendidik tidak bisa dianggap remeh dalam proses peningkatan mutu pendidikan.
Mutu pendidikan dapat dicapai karena adanya pendidik yang profesional. Jika saat ini, terdapat banyak sekolah yang tidak berkembang, penyebabnya adalah ketidakefektifan dalam penerapan profesionalitas pendidik. Jadi, untuk meningkatkan mutu pendidikan yang terpenting adalah menjadikan kegiatan mendidik sebagai panggilan hati nurani (rouping). Wallahu a’lam bi al-shawab. (Kontak person: 082135318194. E-mail: ida_faida.naimah@yahoo.com).
Diambil dari: suaraguru.wordpress.com

No comments

Powered by Blogger.