Kampus Kikir Parkir
Oleh: Nur Faizah Rahmawati*
Simbol kemajuan sebuah lembaga
pendidikan memang tidak bisa dilihat dari sesuatu yang kasat mata saja. Seperti
gedung mewah, fasilitas serba ada, ataupun mahasiswa yang naik mobil mewah.
Namun, semua itu bukan berarti fasilitas kampus harus dihilangkan semua. Dalam
dunia pendidikan pastinya ada unsur-unsur yang wajib dipenuhi, terutama dalam
hal manajerial. yakni, sarana dan prasarana.
Manajemen sarana prasarana (sarpras) mempunyai
beberapa prinsip yaitu: perencanaan, pengadaan, pengawasan, penghapusan, serta
efisien. Semua itu adalah penunjang kelancaran proses belajar mengajar.
Dalam lingkungan Institute Agama Islam Negeri
Walisongo Semarang, melihat beberapa prinsip manajemen sarpras sebagai
penunjang kelancaran kegiatan belajar mengajar (KBM), bisa dikategorikan IAIN
Walisongo termasuk salah satu lembaga pendidikan yang belum mampu memberikan
fasilitas yang cukup memadai kepada seluruh sifitas akademika. Jika dilihat
dari prinsip pencapaian tujuan manajemen sarana dan prasarana, maka kampus ini
jauh dari klasifikasi kampus yang makmur. Hal ini dapat dibuktikan dengan
ketiadaan parkiran mobil di berbagai gedung. Dengan adanya kekurangan tersebut
tidak mengherankan kampus ini masih jauh dari konversi UIN yang akhir-akhir ini
digamang-gamang oleh seluruh masyarakat IAIN Walisongo.
Penyelenggaraan prinsip efisien manajemen sarpras di
IAIN Walisongo tergolong payah, sebab dalam pembangunan parkiran motor untuk
mahasiswa saja letaknya tidak strategis. Hal inilah yang menyebabkan adanya
pameran motor di sepanjang jalan gedung demi gedung. Simbol yang kasat mata
inilah yang kemudian memberikan kesan tidak ada ketertiban dan kedisiplinan di
kalangan mahasiswa IAIN Walisongo. Sehingga usaha untuk mangkir dari image
buruk pun tidak bisa dilakukan. Mungkin karena inilah masyarakat memandang
remeh kualitas bibit-bibit yang tumbuh dari IAIN Walisongo.
Selain itu, ketiadaan parkiran mobil sebenarnya
memunculkan keheranan dari berbagai pihak, khususnya mahasiswa. Berbagai
praduga sering bermunculan seiring dengan adanya pembangunan jalan yang
menghubungkan antar kampus. Bahkan pandangan negatif juga menjangkit penghuni
kampus. Pasalnya, ketiadaan parkiran mobil memberi simbol adanya rasa takut
dari pejabat kampus tersaingi oleh mahasiswa, seolah tidak mengharapkan
mahasiswa mempunyai mobil. Alasan prinsip efesiensi dalam manajemen pendidikan
mungkin saja dilakukan oleh pihak kampus, mengingat sebagian besar mahasiswa
kampus hijau ini adalah anak pedesaan. Hal ini memang dibenarkan oleh alam,
sampai detik ini mahasiswa kampus yang memiliki 3 lokasi gedung tidak ada yang
membawa mobil sewaktu kuliyah. Entah takut parkir sembarang tempat, entah itu
tidak punya, atau alasan lain yang jelas sampai sekarang mahasiswa tidak ada
yang membawa mobil ketika ke kampus.
Jika melihat status kampus yang masih di bawah naungan
negara, maka prinsip inventaris itu harus dilakukan. Seharusnya anggaran
pembangunan fasilitas itu sudah ada. Lantas kemanakah anggaran tersebut?
Padahal untuk pembangunan jalan dan gedung saja bisa, kenapa untuk membuat
parkiran saja tidak dilakukan? Di sinilah prinsip dan fungsi manajemen harus
benar-benar diterapkan untuk mendapatkan hasil dan pencapaian tujuan pendidikan
yang diharapkan oleh bangsa. Selain itu, dalam menjalankan proses manajerial
juga dibutuhkan orang yang memang benar-benar ahli di bidangnya. Ketegasan,
tanggung jawab, serta loyalitas pemegang kuasa harus benar-benar teruji. Wa
Allahu al-a’lam bi al-shawab.
Post a Comment